Masih segar dalam ingatan kita akan peristiwa tragis di tahun 1947 silam, tepatnya di Desa Balongsari Rawamerta Karawang, dimana tentara Belanda melancarkan agresi militer dan melakukan pembantaian sadis pada penduduk Kampung Rawagede Karawang.
BACA JUGA
Sedikitnya ada sekitar 431 yang wafat pada peristiwa tersebut ditambah 35 dan 17 orang berikutnya, sehingga total jiwa yang wafat menjadi sebesar 483 orang. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 9 Desember 1947. Untuk mengenang kejadian ini, pada tahun 1996 Pemerintah Kabupaten Karawang membangun sebuah monumen yang berlokasi persis di Desa Balongsari Rawamerta Karawang dengan nama Monumen Rawagede Karawang.
Untuk menjawab rasa penasaran akan bentuk bangunan dari Monumen Rawagede ini, saya bersama tim mauzafiq.com berkunjung ke tempat ini. Dan sekarang saya akan membagikan pengalaman berada di tempat ini selama 3 jam kepada kalian semuanya. Ayo kita mulai dari bagian paling awal dan paling depan, yaitu gerbang Monumen Rawagede Karawang.
Pada bagian depan terdapat pagar pembatas yang sekaligus menjadi pintu masuk monumen ini. Di pagar ini tertulis tarif tiket masuk ke dalam area monumen, yaitu sebesar Rp. 2.500,- per orang. Sangat murah bagi kalian yang mau berkunjung ke sini.
Monumen Rawagede ini sangat kaya akan makna dan filosofi. Contohnya kita bisa melihat dari bentuk bangunannya, sebagai berikut:
- Pertama ada susunan anak tangga yang berjumlah sebanyak 17 anak tangga. Ini diartikan dengan tanggal kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 17.
- Kemudian yang kedua, pada bangunan lantainya berbentuk persegi delapan, yang menandakan bulan kemerdekaan Indonesia yaitu bulan ke 8, yakni Agustus.
- Selanjutnya pada bagian yang terakhir, bentuk bangunan ini didesain menyerupai bentuk piramida yang terbagi ke dalam 4 bagian yang masing-masingnya memiliki tinggi sepanjang 5 meter, dan ini diartikan sebagai tahun kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 45. Jadi dari bangunan monumen ini bisa dilihat tentang filosofi hari kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 Agustus 1945.
Pada bagian lantai dasar monumen terdapat beberapa relief yang menceritakan penderitaan rakyat dan kekejaman tentara belanda yang dengan tega membantai masyarakat di daerah ini.
Beralih ke lantai atas, kita bisa melihat sebuah patung berbahan dasar perunggu, dengan bentuk seorang ibu yang memeluk suami dan anaknya yang tewas. Patung ini mengilustrasikan kondisi para wanita di masa itu. Lalu di bagian belakang patung ini juga terdapat sebuah penggalan puisi yang cukup terkenal yang berjudul Karawang – Bekasi karya Chairil Anwar.
Beralih ke bagian belakang monumen, terdapat sebuah bangunan makam pahlawan yang bernama “Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga”. Dan di tempat ini pula para pahlawan pada masa itu dimakamkan.
Pada bagian paling belakang terdapat relief terakhir yang menceritakan tentang kekuatan dan perjuangan masyarakat melawan para penjajah Belanda pada saat itu. Pada bagian atas bangunannya terdapat tulisan “Esa Hilang Dua Terbilang”.
Spot terakhir yang sempat kita review adalah pada bagian dalam bangunan monumen ini. Di sini terdapat diorama yang menceritakan tentang kekejaman tentara Belanda yang membunuh seorang ayah dari sebuah keluarga. Dan ini adalah bagian terakhir yang bisa saya bagikan ke kalian semua.
Lihat lebih detail tentang Monumen Rawagede dalam format video berikut ini:
Demikian artikel kali ini. Mudah-mudahan apa yang saya bagikan ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan teman-teman semua, terutama wawasan dan pengetahuan tentang sejarah Kemerdekaan Indonesia kita yang tercinta. Sampai berjumpa kembali di artikel selanjutnya. Follow your inspiration, and wassalam.